Kamis, 16 Juni 2016

iman,islam,dn taqwa




الحديث الثاني
HADITS KE-2


IMAN, ISLAM, DAN IHSAN
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه , فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkan tangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad, beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"
[Muslim no. 8]


Hadits ini sangat berharga karena mencakup semua fungsi perbuatan lahiriah dan bathiniah, serta menjadi tempat merujuk bagi semua ilmu syari’at dan menjadi sumbernya. Oleh sebab itu hadits ini menjadi induk ilmu sunnah.

Hadits ini menunjukkan adanya contoh berpakaian yang bagus, berperilaku yang baik dan bersih ketika datang kepada ulama, orang terhormat atau penguasa, karena jibril datang untuk mengajarkan agama kepada manusia dalam keadaan seperti itu.
Kalimat “ Ia meletakkan kedua telapak tangannya diatas kedua paha beliau, lalu ia berkata : Wahai Muhammad…..” adalah riwayat yang masyhur. Nasa’i meriwayatkan dengan kalimat, “Dan ia meletakkan kedua tangannya pada kedua lutut Rasulullah….” Dengan demikian yang dimaksud kedua pahanya adalah kedua lututnya.

Dari hadits ini dipahami bahwa islam dan iman adalah dua hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun syari’at. Namun terkadang, dalam pengertian syari’at, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya.
Kalimat, “Kami heran, dia bertanya tetapi dia sendiri yang membenarkannya” mereka para shahabat Rasulullah menjadi heran atas kejadian tersebut, karena orang yang datang kepada Rasulullah hanya dikenal oleh beliau dan orang itu belum pernah mereka ketahui bertemu dengan Rasulullah dan mendengarkan sabda beliau. Kemudian ia mengajukan pertanyaan yang ia sendiri sudah tahu jawabannya bahkan membenarkannya, sehingga orang-orang heran dengan kejadian itu.

Kalimat, “Engkau beriman kepada Allah, kepada para malaikat-Nya, dan kepada kitab-kitab-Nya….” Iman kepada Allah yaitu mengakui bahwa Allah itu ada dan mempunyai sifat-sifat Agung serta sempurna, bersih dari sifat kekurangan,. Dia tunggal, benar, memenuhi segala kebutuhan makhluk-Nya, tidak ada yang setara dengan Dia, pencipta segala makhluk, bertindak sesuai kehendak-Nya dan melakukan segala kekuasaan-Nya sesuai keinginan-Nya.
Iman kepada Malaikat, maksudnya mengakui bahwa para malaikat adalah hamba Allah yang mulia, tidak mendahului sebelum ada perintah, dan selalu melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya.
Iman kepada Para Rasul Allah, maksudnya mengakui bahwa mereka jujur dalam menyampaikan segala keterangan yang diterima dari Allah dan mereka diberi mukjizat yang mengukuhkan kebenarannya, menyampaikan semua ajaran yang diterimanya, menjelaskan kepada orang-orang mukalaf apa-apa yang Allah perintahkan kepada mereka. Para Rasul Allah wajib dimuliakan dan tidak boleh dibeda-bedakan.
Iman kepada hari Akhir, maksudnya mengakui adanya kiamat, termasuk hidup setelah mati, berkumpul dipadang Mahsyar, adanya perhitungan dan timbangan amal, menempuh jembatan antara surga dan neraka, serta adanya Surga dan Neraka, dan juga mengakui hal-hal lain yang tersebut dalam Qur’an dan Hadits Rosululloh.
Iman kepada taqdir yaitu mengakui semua yang tersebut diatas, ringkasnya tersebut dalam firman Allah QS. Ash-Shaffaat : 96, “Allah menciptakan kamu dan semua perbuatan kamu” dan dalam QS. Al-Qamar : 49, “Sungguh segala sesuatu telah kami ciptakan dengan ukuran tertentu” dan di ayat-ayat yang lain. Demikian juga dalam Hadits Rasulullah, Dari Ibnu Abbas, “Ketahuilah, sekiranya semua umat berkumpul untuk memberikan suatu keuntungan kepadamu, maka hal itu tidak akan kamu peroleh selain dari apa yang Allah telah tetapkan pada dirimu. Sekiranya merekapun berkumpul untuk melakukan suatu yang membahayakan dirimu, niscaya tidak akan membahayakan dirimu kecuali apa yang telah Allah tetapkan untuk dirimu. Segenap pena diangkat dan lembaran-lembaran telah kering”

Para Ulama mengatakan, Barangsiapa membenarkan segala urusan dengan sungguh-sungguh lagi penuh keyakinan tidak sedikitpun terbersit keraguan, maka dia adalah mukmin sejati.
Kalimat, “Engkau menyembah Allah seolah-olah engkau melihat-Nya….” Pada pokoknya merujuk pada kekhusyu’an dalam beribadah, memperhatikan hak Allah dan menyadari adanya pengawasan Allah kepadanya serta keagungan dan kebesaran Allah selama menjalankan ibadah.

Kalimat, “Beritahukan kepadaku tanda-tandanya ? sabda beliau : Budak perempuan melahirkan anak tuannya” maksudnya kaum muslimin kelak akan menguasai negeri kafir, sehingga banyak tawanan, maka budak-budak banyak melahirkan anak tuannya dan anak ini akan menempati posisi majikan karena kedudukan bapaknya. Hal ini menjadi sebagian tanda-tanda kiamat. Ada juga yang mengatakan bahwa itu menunjukkan kerusakan umat manusia sehingga orang-orang terhormat menjual budak yang menjadi ibu dari anak-anaknya, sehingga berpindah-pindah tangan yang mungkin sekali akan jatuh ke tangan anak kandungnya tanpa disadarinya.

Hadits ini juga menyatakan adanya larangan berlomba-lomba membangun bangunan yang sama sekali tidak dibutuhkan. Sebagaimana sabda Rasulullah,” Anak adam diberi pahala untuk setiap belanja yang dikeluarkannya kecuali belanja untuk mendirikan bangunan”

Kalimat, “Penggembala Domba” secara khusus disebutkan karena merekalah yang merupakan golongan badui yang paling lemah sehingga umumnya tidak mampu mendirikan bangunan, berbeda dengan para pemilik onta yang umumnya orang terhormat.
Kalimat, “Saya tetap tinggal beberapa lama” maksudnya Umar radhiallahu 'anh tetap tinggal ditempat itu beberapa lama setelah orang yang bertanya pergi, dalam riwayat yang lain yang dimaksud tetap tinggal adalah Rosululloh.

Kalimat, “Ia datang kepada kamu sekalian untuk mengajarkan agamamu” maksudnya mengajarkan pokok-pokok agamamu, demikian kata Syaikh Muhyidin An Nawawi dalam syarah shahih muslim. Isi hadits ini yang terpenting adalah penjelasan islam, iman dan ihsan, serta kewajiban beriman kepada Taqdir Allah Ta'ala.

Sesungguhnya keimanan seseorang dapat bertambah dan berkurang, QS. Al-Fath : 4, “Untuk menambah keimanan mereka pada keimanan yang sudah ada sebelumnya”. Imam Bukhari menyebutkan dalam kitab shahihnya bahwa ibnu Abu Mulaikah berkata, “Aku temukan ada 30 orang shahabat Rasulullah yang khawatir ada sifat kemunafikan dalam dirinya. Tidak ada seorangpun dari mereka yang berani mengatakan bahwa ia memiliki keimanan seperti halnya keimanan Jibril dan Mikail ‘alaihimus salaam”

Kata iman mencakup pengertian kata islam dan semua bentuk ketaatan yang tersebut dalam hadits ini, karena semua hal tersebut merupakan perwujudan dari keyakinan yang ada dalam bathin yang menjadi tempat keimanan. Oleh karena itu kata Mukmin secara mutlak tidak dapat diterapkan pada orang-orang yang melakukan dosa-dosa besar atau meninggalkan kewajiban agama, sebab suatu istilah harus menunjukkan pengertian yang lengkap dan tidak boleh dikurangi, kecuali dengan maksud tertentu. Juga dibolehkan menggunakan kata Tidak beriman sebagaimana pengertian hadits Rasulullah, “Seseorang tidak berzina ketika dia beriman dan tidak mencuri ketika dia beriman” maksudnya seseorang dikatakan tidak beriman ketika berzina atau ketika dia mencuri.

Kata islam mencakup makna iman dan makna ketaatan, syaikh Abu ‘Umar berkata, “kata iman dan islam terkadang pengertiannya sama terkadang berbeda. Setiap mukmin adalah muslim dan tidak setiap muslim adalah mukmin” ia berkata, “pernyataan seperti ini sesuai dengan kebenaran” Keterangan-keterangan Al-Qur’an dan Assunnah berkenaan dengan iman dan islam sering dipahami keliru oleh orang-orang awam. Apa yang telah kami jelaskan diatas telah sesuai dengan pendirian jumhur ulama ahli hadits dan lain-lain. Wallahu a’lam


       

Jumat, 03 Juni 2016

Masuknya Islam ke Indonesia

Sepeninggalan nabi agung Muhammad SAW tepatnya pada 632 M silam, kepemimpinan agama Islam tidak berhenti begitu saja. Kepemimpinan Islam diteruskan oleh para khalifah dan disebarkan ke seluruh penjuru dunia termasuk Indonesia. Hebatnya baru sampai abad ke 8 Islam telah menyebar hingga ke seluruh afrika, timur tengah, dan benua eropa. Baru pada dinasti Ummayah perkembangan islam masuk ke nusantara.
Zaman dahulu Indonesia dikenal sebagai daerah terkenal akan hasil rempah-rempahnya, sehingga banyak sekali para pedagand dan saudagar dari seluruh dunia datang ke kepulauan Indonesia untuk berdagang. Hal tersebut juga menarik pedagang asal Arab, Gujarat, dan juga Persia. Sambil berdagang para pedagang muslim sembari berdakwak untuk mengenalkan ajaran Islam kepada para penduduk.

Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia

Teori Masuknya Islam ke Idonesia

Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 Masehi islam sudah masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagan muslim. Namun untuk lebih pastinya para ahli masih terdapat perbedaan pendapat dari para sejarawan. Namun setidaknya 3 tiga teori tentang masuknya Islam ke Indonesia

1. Teori Gujarat
Teori ini dipelopori oleh ahli sejarah Snouck Hurgronje, menurutnya agama Islam masuk ke Indonesia dibawa oleh para pedagang Gujarat pada abad ke-13 masehi.

2. Teori Persia
P.A Husein Hidayat mempelopori teori ini, menyatakan bahwa agama Islam dibawa oleh pedagang Persia (Iran), hal ini berdasarkan kesamaan antara kebudayaan islam di Indonesia dengan Persia.

3. Teori Mekkah
Teori ini menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia langsung dibawa para pedagah Mekkah, teori ini berlandaskan sebuah berita dari China yang menyatakan jika pada abad ke-7 sudah terdapat perkampungan muslim di pantai barat Sumatera.

Proses Masuknya Islam ke Nusantara

Masuknya islam di Indonesia berlangsung secara damai dan menyesuaikan dengan adat serta istiadat penduduk lokal. Ajaran islam yang tidak mengenal perbedaan kasta membuat ajaran ini sangat diterima penduduk lokal. Proses masuknya islam dilakukan melalui cara berikut ini.

1. Perdagangan
Letak Indonesia yang sangat strategis di jalur perdagangan di masa itu membuat Indonesia banyak disinggahi para pedagang dunia termasuk pedagang muslim. Banyak dari mereka yang akhirnya tinggal dan membangun perkampungan muslim, tak jarang mereka juga sering mendatangkan para ulama dari negeri asal mereka untuk berdakwah. Hal inilah yang diduga memiliki peran penting dalam penyebaran ajaran Islam di nusantara.

2. Perkawinan
Penduduk lokal beranggapan bahwa para pedagang muslim ini adalah kalangan yang terpandang, sehingga banyak penguasa pribumi yang menikahkan anak mereka dengan para pedagang muslim. Sebagai sayarat sang gadis harus memeluk islam terlebih dahilu, hal inilah yang diduga memperlancar penyebaran ajaran islam.

3. Pendidikan
Setelah perkampungan islam terbentuk, mereka mulai mendirikan fasilitas pendidikan berupa pondok pesantren yang dipimpin langsung oleh guru agama dan para ulama. Para lulusan pesantren akan pulang ke kampung halaman dan menyebarkan ajaran islam di daerah masing-masing.

4. Kesenian
Wayang merupakan warisan budaya yang masih terjagan hingga saat ini, dalam penyebaran ajaran islam wayang memiliki perang yang sangat konkrit. Contohnya sunan kalijaga yang merupakan salah satu tokoh islam menggunakan pementasan wayang untuk berdakwah.

Rabu, 01 Juni 2016

tafsir

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Lingkungan itu bermacam-macam yang satu dengan yang lain saling pengaruh-mempengaruhi berdasarkan fungsinya masing-masing dan kelancaran proses dan hasil pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah upaya yang memang secara sadar terencana yang dilakukan melalui proses untuk mengembangkan potensi dasar secara jasmani dan rohani agar bisa menggapai segala tujuan. Sebagaimana pendidikan umumnya, kita mengetahui bahwa pendidikan merupakan suatu kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia, baik dalam lingkungan keluarga yaitu orang tua sebagai pendidik di dalam keluarga dan guru di lingkungan sekolah.
Pengaruh serta timbal balik pendidikan di sekolah, keluarga, dan masyarakat sangatlah penting karena itu sangat menentukan kejiwaan serta tingkah laku anak didik dalam kehidupan sosial masyarakat. Pemahaman peranan keluarga, sekolah dan masyarakat sebagai lingkungan pendidikan akan sangat penting dalam upaya membantu perkembangan peserta didik yang optimal. Utamanya pemahaman itu mengenai keterkaitan dan saling pengaruh antar ketiganya dalam perkembangan manusia. Sebab, pada hakikatnya peranan ketiga pusat pendidikan itu selalu secara bersama-sama mempengaruhi manusia.

      B. Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian dari Lingkungan Pendidikan?
2.      Bagaimana penafsiran dari ayat tentang Lingkungan Pendidikan?
3.      Apa saja pengaruh Lingkungan pendidikan?

C.     Tujuan Masalah
1.      Mengetahui tentang pengertian Lingkungan pendidikan .
2.      Mengetahui tentang penafsiran ayat-ayat tentang Lingkungan Pendidikan.
3.      Mengetahui tentang pengaruh Lingungan Pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Lingkungan pendidikan yang baik
Berbicara ligkungan dalm konteks pendidikan maka tidak akan terlepas dari apa yang dinamakan ki hajar dewantara dengan penamaan tripusat pendidikan. Kihajar dewantara mengatakan bahwa pendidikan berlangsung dalam tripusat pendidikan yaitu keluarga, sekolah dan masyarakat. Lingkungan pendidikan adalah merupakan salah satu komponen pendidikan yang menarik perhatian para ahli untuk mengkajinya.
ajaran-ajaran Al-Qur;an, banyak sekali ayat-ayat yang berhubungan dengan lingkungan keluarga ini. Al-qur’an telah mewanti-wanti agar keluarga memperhatikan pendidikan anaknya supaya anaknya terhindar dari kelemahan baik lemah jasmani maupun rohani .
Dalam konteks sekarang, masjid adalah sekolah. Lingkungan sekolah dalam kaitannya pembentukan tingkat keberhasilan anak dalam belajar, adalah sebagai lanjutan dari pendidikan keluarga. Dalam perspektif islam, fungsi sekolah sebagai media realisasi pendidikan berdasarkan pemikiran, aqidah dan syariah dalam upaya penghambaan diri terhadap Allah dan mentauhidkan manusia terhindar dari dari penyimpangan fitrahnya. Artinya, perilaku anak diarahkan agar tetap memperoleh naluri keagamaan dan tidak keluar dari bingkai-bingkai norma-norma islam.
Demikian pula anak disekolah tidak akan lepas dari pergaulan dengan teman sebayanya dalam zarnuzi menyarankan agar memilih teman tidak sembarangan. Hendaknya teman itu memiliki sifat yang belajar, dan berwatak istiqomah karena hal itu secara langsung maupu tidak langung akan mempengaruhi. Teman yang satu akan terpengaruh dengan teman yang lainnya. Sebagaimana diuraikan Zarnuzi dalam Syairnya:
Janganlah bertanya tentang kelakuan seseorang, tapi lihatlah siapa temannya. Karena biasanya mengikuti temannya kalau temanmu berbudi buruk maka menjauhlah segera. Dan bila temanmu berbudi baik maka bertemanlah dengannya, tentu kau akan mendapat petunjuk.
1.      Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama dan utama karena manusia pertama kalinya memperoleh pendidikan di lingkungan ini sebelum mengenal lingkungan yang lain. Selain itu manusia mengalami proses pendidikan sejak lahir bahkan sejak dalam kandungan. Pendidikan keluarga dapat dibagi menjadi dua yaitu:
a)      Pendidikan Prenatal (pendidikan dalam kandungan)
b)      Pendidikan Postnatal (pendidikan setelah lahir)
Dasar tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan meliputi:
a)      Motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orangtua dengan anaknya.
b)       Motivasi kewajiban moral orangtua terhadap anak.
c)       Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga.
2. Lingkungan Sekolah
Karena perkembangan peradaban manusia, orang tidak mampu lagi untuk mendidik anaknya. Pada masyarakat yang semakin komplek, anak perlu persiapan khusus untuk mencapai masa dewasa. Persiapan ini perlu waktu, tempat dan proses yang khusus. Dengan demikian orang perlu lembaga tertentu untuk menggantikan sebagian fungsinya sebagai pendidik. Lembaga ini disebut sekolah. Dasar tanggung jawab sekolah akan pendidikan meliputi:
a)      Tanggung jawab formal kelembagaan
b)      Tanggung jawab keilmuan
c)      Tanggung jawab fungsional
d)     Lingkungan masyarakat
Ada 5 pranata sosial (social institutions) yang terdapat di dalam lingkungan sosial yaitu:
a)       pranata pendidikan, bertugas dalam upaya sosialisasi
b)       pranata ekonomi, bertugas mengatur upaya pemenuhan kemakmuran
c)      pranata politik, bertugas menciptakan integritas dan stabilitas masyarakat
d)     pranata teknologi, bertugas menciptakan teknik untuk mempermudah manusia
e)       pranata moral dan etika, bertugas mengurusi nilai dan penyikapan dalam pergaulan masyarakat.
Seperti halnya di atas, yang dimaksud dengan lingkungan masyarakat ialah semua keadaan, benda-benda, orang-orang, kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa yang ada di sekeliling anak yang mempunyai pengaruh pada perkembangan dan pendidikan anak. Lingkungan seperti yang dimaksud diatas.
B.     Lingkungan Pendidikan yang buruk
Seperti halnya dengan adanya banyak group-group pada akhir-akhir ini, yang gerak tingkah lakunya sebagian besar lebih mendekati dengan “gang-gang” di luar negeri.Sedang yang dimaksud dengan pengaruh yang bersifat negatif ialah, segala macam pengaruh yang menuju kepada hal-hal yang tidak baik dan merugikan baik, tidak baik dan merugikan bagi pendidikan dan perkembangan anak sendiri.
            Pengaruh yang bersifat negatif ini tidak terhitung banyaknya di dalam masyarakat. Dan anehnya, pengaruh yang negatif ini sangat mudah diterima oleh anak , dan sangat kuat meresap di hati anak. Anak yang tadinya baik di rumah, setelah mendapat pengaruh dari temannya, akhirnya bisa menjadi anak berandalan. Oleh karena itu menjadi tugas dari orang tua untuk selalu mengadakan pengawasan terhadap putra-putrinya. Orang tua harus tahu dan mengawasi selalu, dengan siapa anaknya itu bercampur gaul. Bukan maksudnya di sini untuk membeda-bedakan kawan, tetapi justru untuk menjaga, agar si anak tidak terlanjur memperoleh pengaruh-pengaruh yang tidak menginginkan.

C.    Ayat yang Membahas Tentang Lingkungan Pendidikan yang baik dan buruk
1.      Surat  Al-Imran ayat 110
öNçGZä. uŽöyz >p¨Bé& ôMy_̍÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î š`tãcöqyg÷Ys?ur Ǎx6ZßJø9$ Ì#tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î 3 öqs9ur
šã@÷dr&ÆtB#uä É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #ZŽöyz Nßg©9 Nßg÷ZÏiB4 ãšcqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçŽsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$# ÇÊÊÉÈ  
Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi meraka, diantara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.
Allah Ta’ala memberitahukan ihwal umat ini bahwa meraka adalah umat terbaik. Allah beriman, “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia.” Al-bukhari meriwyatkan dari Abu Hurairah sehubungan dengan dengan ayat, “ Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan bagi manusia,” dia berkata, “kamu adalah sebaik-baik manusia atas manusia lainnya. Dahulu kamu datang kepada mereka, sedang lehermu masih dibelenggu, sebelum kamu masuk islam.” Demikian pula menurut riwayat Ibnu Abbas dan sejumlah tabi’in. adapun maksud ayat ii adalah umat yang paling baik dan paling berguna bagi umat lainnya. Oleh karena itu, Allah berfirman, “Kamu menyuruh kepada yang makruf, melarang dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. “Imam Ahmad meriwayatkan dari Durrah  Bimti Abu Lahab, dia berkata,”Seseorang bangkit dan menuju Nabi SAW. Ketika beliau berada dalam mimbar,lalu bertanya,”Ya Rasulullah,siapakah manusia yang paling baik?’Beliau bersabda,’Manusia yang paling baik ialah yang paling tenang, paling bertakwa, paling giat menyuruh epad yang makruf, paling gencar melarang kemungkaran, dan paling rajin bersilaturrahmi.” Ayat diatas mencakup seluruh umat pada setiap abad. Sebaik-baiknya era manusia ialah era manusia pada saat Nabi SAW. Diutus, kemudian era generasi sesudahnya. Sebagaimana Allah berfirman dalam ayat lain,”Demikianlah, kamu telah menjadikan kamu menjadi umat pilihan agar kamu menjadi para saksi bagi umat manusia.
Kata (كنتم) kuntum yang digunakan ayat diatas, ada yang memahaminya sebagai kata kerja yang sempurna, (كان تامة) kana tammah sehingga ia diartikan wujud, yakni kamu wujud dalm keadaan sebaik-baik umat. Da juga yang memahaminya dalam arti kata kerja yang tidak sempurna (كان نا قصة) kana naqishah dan dengan demikian ia mengandung makna wujudnya sesuatu pada masa lampau tanpa diketahui kapan itu terjadi dan tidak juga mengandung isyarat bahwa ia pernah tidak ada atau suatu ketika akan tiada. Jika demikian, maka ayat ini berarti  kamu dahulu dalam ilu Allah adalah sebaik-baik umat.
 (sebaik-baiknya umat yang dikeluarkan) yang ditampilkan –>ôMy_̍÷zé&up¨Bé&Žöyz
Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î šcöqyg÷Ys?ur Ǎx6ZßJø9$`tã Ì#tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î 3 öqs9ur šÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9
(buat manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf dan melarang yang mungkar serta beriman kepada Allah). Sekiranya Ahli kitab beriman, adalah ia). Yakni keimanan itu - ãšcqãYÏB÷sßJø9$# Nßg÷ZÏiB4Nßg©9#ZŽöyz (lebih baik bagi merek. Diantara mereka ada yang beriman)  misalnya Abdullah Bin Salam r.a dan sahabat-sahabatnya - bqà)Å¡»xÿø9ا$NèdçŽsYò2r&ur  (tetapi kebanyakan mereka orang-orang yang fasik) kafir.
2.      Surat Al-Israa’ ayat 16-17
!#sŒÎ)ur !$tR÷Šur& br& y7Î=ökX ºptƒös% $tRötBr& $pkŽÏùuŽøIãB (#qà)|¡xÿsù $pkŽÏù ¨,yÛsù $pköŽn=tæ ã$yg»tRö¨BysùAöqs)ø9$# #ZŽÏBôs? ÇÊÏÈ  
Dan apabila kami hendak mebinasakan suatu energi, maka kami member perintah kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu, lalu mereka berbuat fasik didalamnya, mla sepantasnya berlaku baginya perkataan, kemudian kami menghancurkan negeri itu sehancur-hancurnya.
Para ahli qiraat berselisih dalam membaca amarna. Namun menurut qiraat yang masyhur dibaca taktif. Maksud ayat, maka kami menyuruh mereka berbuat ketaatan, lalu mereka melakukan keburukan sehingga mereka pun berhak mendapat siksa. Penafsiran demikian diriwayatkan oleh Ibnu Juraij dari Ibnu Abbas.
Thabathaba’I mengemukakan dua makna dari kata (امر نا) amarna kami perintahkan. Pertama, perintah melakukan ketaatan kepada-Nya, dan kedua perintah melakukan kefasikan, tetapi bila makna kedua ini yang dipilih maka ia bersifat majazi $pkŽÏùuŽøIãB  y$tRötBr&  ºptƒös% 7Î=ökX !br&$tR÷Šur&#sŒÎ)ur (dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri, maka kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu)  yakni orang-orang kaya yang dimaksud para pemimpinnya, yaitu untuk taat kepada kami melalui lisan Rasul-rasul kami - $pkŽÏù(#qà)|¡xÿsù (tetapi mereka melakukan kefasikan di negeri itu) maka menyimpanglah mereka dari perintah kami- ¨ $pköŽn=tæ,yÛsù (maka sudah sepantanya berlaku terhadapnya perkataan kami) azab kami - #ZŽÏBôs? $yg»tRö¨Bysù (kemudian kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya) artinya, kami binasakan negeri itu dengan membinasakan penduduknya serta menghancurkan negerinya.
Bila pengantar negeri itu berfoya-foya , maka ini mengantar mereka melupakan tugas-tugasnya serta mengabaikan hak-hak orang kebanyakan, lagi membiarkan hidup miskin. Hal tersebut mengundang kecemburuan sosial, sehingga merenggangkan hubungan masyarakat dan mengakibatkan timbulnya perselisihan dan pertikaian yang melemahkan sendi-sendi bangunan masyarakat, dan yang pada gilirannya meruntuhkan sistem yang diterapkan oleh penguasa-penguasa tersebut. Ketika ituklah runtuh dan hancur masyarakat atau negeri tersebut. Ayat ini merupakan salah satu hokum kemasyarakatan yang ditetapkan Al-Qur’an dan berlaku bagi masyarakat apapun, serta dimana dan kapan pun, yakni apabila telah banyak orang-orang mutraf, tanpa ada ynga meluruskan kebejatan mereka, sehingga kebejatan merajalela dalam suatu masyarakat, maka ajal masyarakat itu segera akan tiba.

QS. AL-Israa’ Ayat 17
öNx.ur $uZõ3n=÷dr& šÆÏB Èbrãà)ø9$# .`ÏB Ï÷èt 8yqçR 3 4s"x.ur y7ÎntÎ É>qçRäÎ #MŽÎ7yz¾ÍnÏŠ$t6Ïã #ZŽÅÁt ÇÊÐÈ
Dan berapa banyak kaum sesudah Nuh telah kami binasakan. Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.

Allah Ta’ala berfirman guna memperingatkan kaum kafir Quraisy yang mendustakan rasul mereka, yaitu Muhammad SAW. Bahwa Allah benar-benar telah membinasakan sejumlah umat yang mendustakan Rasul setelah Nuh. Hal ini menunjukkan bahwa generasi-generasi yang antara Adam dan Nuh meemgang Islam, sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abbas. Maksud ayat: Kamu, wahai orang-orang yang mendustakan, tidak lebih mulia disisi Allah daripada mereka. Sesungguhnya kamu telah mendustakan rasul-rasul yang paling mulia dan makhluk paling tinggi. Jadi, menyiksamu itu lebih tepat dan lebih mengena.
Firman Allah Ta’ala, “Dan cukuplah Tuhanmu Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya.
Setelah ayat yang lalu mengisyaratkan tentang siksa yang dapat menimpa para pendurhaka, ayat ini menjelaskan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk jatuhnya siksa tersebut. Ayat ini menyatakan:  Dan jika kami berhak membinasakan suatu negeri yang durhaka, sesuai dengan ketetapan dan kebijakan kami, maka kami perintahkan orang-orang yang hidup mewah didalamnya, yakni di negeri itu, supaya menaati Allah dan Rasul-Nya, tetapi mereka enggan lalu mereka melakukan kedurhakaan, yakni penganiayaan dan perusakan di dalamnya, yakni di negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya perkataan, yakni ketentuan kami, maka kami menghancurkannya, yakni penduduk negeri itu dan atau bersama negeri itu, sehancur-hancurnya sehingga mereka tidak bangkit lagi sebagai satu orde atau sistem kemasyarakatan. Dan, atas dasar itu berapa banyak generasi sesudah kebinasaan kaum Nuh telah kami binasakan disebabkan oleh hal tersebut. Memang, boleh jadi ada yang ditangguhkan pembasannya, tetapi itu bukan berarti mereka tidak akan dituntut dan disiksa. Karena itu, serahkanlah segala urusan kepada Allah. Dan cukuplah Tuhanmu pemelihara dan pelimpah aneka kebajikan kepadamu yang Maha Mengetahui lagi Maha Melihat dosa hamba-hamba-Nya dan, dengan demikian, segala sesuatu akan dituntut pertanggung jawabannya dan Allah akan membalas mereka sesuai dengan amal perbuatan masing-masing.
Firman-Nya: (ؤإذأردناأن نهلك قر ية) waidza aradna an nuhlika qaryatan/ dan jika hendak membinasakan suatu negeri dapat member kesan bahwa kehendak-Nya itu mendahului  kedurhakaan mereka, dan karena kehendak-Nya itulah Allah memerintahkan orang-orang yang hidup mewah dinegeri itu, lalu mereka melakukan kedurhakaan. Hal ini tentu saja tidak dapat dipahami demikian. Mahasuci Allah dari kehendak buruk terhadap seseorang apalagi suatu kaum. Atas dasar itu sementara ulama menyisipkan kalimat pada susunan redaksi ayat ini seperti yang diatas. Ada juga yang berpendapat bahwa dalam susunan redaksi ayat diatas terdapat bagian yang didahulukan yang tempatnya dibelakang, demikian pula sebaliknya, atau apa yang dikenal dengan istilah Taqdim wa Takhir. Thahir Ibn Asyur menganut pendapat ini. Susunannya jika tanpa Taqdim wa Takhir itu lebih kurang berbunyi: Dan kami bukanlah penyiksa-penyiksa sebelum kami mengutus seorang rasul (ayat 15) dan memerintahkan orang-orang yang hidup mewah di negeri itu untuk mengikuti tuntunan rasuk lalu mereka melakukan kedurhakaan sehingga sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan kami, maka kami menghancurkannya sehancur-hancurnya jika kami kehendaki. Dengan demikian, firman-Nya pada awal ayat ini yang menyatakan dan jika kami hendak membinasakan suatu negeri  adalah syarat bagi jatuhnya ketentuan Allah membinasakan satu negeri itu. Memang, apa yang terjadi haruslah atas kehendak Allah SWT, dan kehendak-Nya itu bukanlah kesewenang-wenangan, dan bukannya terjadi tanpa sistem yang ditetapkan dan disampaikan pokok-pokok-Nya terlebih dahulu.
Anda boleh bertanya mengapa susunan redaksi ayat ini berbunyi demikian? Thahir Ibn Asyur menjawab bahwa hal tersebut agaknya disebabkan ayat ini bertujuan, disamping menyampaikan hakikat diatas, juga sebagai sindiran ancamanbagi kaum musyrikin Mekkah, bahwa mereka terancam mengalami apa yang mereka alami oleh umat-umat yang lalu.
ؤكم (Dan sudah berapa banyak) telah banyak -š Èbrãà)ø9$#ÆÏB $uZõ3n=÷dr&  (kami binasakan umat-umat) bangsa-bangsa-

.`ÏB Ï÷èt 8yqçR 3 4s"x.ur y7ÎntÎ É>qçRäÎ #MŽÎ7yz¾ÍnÏŠ$t6Ïã #ZŽÅÁt
(sesudah Nuh. Dan cukuplah Rabbmu maha mengetahui lagi maha melihat dosa hamba-hamba-Nya ) Dia mengetahui dosa-dosa mereka yang tersembunyi dan dosa-dosa mereka yang terang-terangan. Lafaz Bidzunbi bertalluq kepada Lafaz Khabiran dan Bashiran.

3.      Surat Huud ayat 100-101
y7Ï9ºsŒ ô`ÏB Ïä!$t6Rr& 3tà)ø9$# ¼çmÁà)tR šøn=tã ( $pk÷]ÏB ÒOͬ!$s% ÓÅÁymur ÇÊÉÉÈ  $tBur öNßg»oYôJn=sß `Å3»s9ur (#þqßJn=sß
  öNåk|¦àÿRr& ( !$yJsù ôMuZøîr& öNåk÷]tã ãNåkçJygÏ9#uä ÓÉL©9$# tbqããôtƒ `ÏB Èbrߊ «!$# `ÏB &äóÓx« $£J©9 uä!%y` âöDr& y7Înu
( $tBur öNèdrߊ#y uŽöxî 5=ŠÎ7÷Gs? ÇÊÉÊÈ  
 “itulah sebagian dari berita-berita negeri-negeri yang kami ceritakan kepadamu diantara negeri-negeri itu ada yang masih tegak dan ada yang sudah dituai. Dan kami tidak menganiaya mereka, tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, maka tiadalah bermanfaat sedikit pun bagi mereka sembahan-sembahan yang mereka selalu seru selin Allah, diwaktu azab tuhanmu  datang. Dan tidaklah mereka (sembahan-sembahan itu) menambah bagi mereka kecuali kebinasaan.”
Ini adalah penutup kisah-kisah para Rasul dan kaum mereka yang diuraikan oleh surah ini, sekaligus pengantar bagi kelompok uraian baru tentang hari kemudian.
Sungguh kandungan berita-berita yang lalu serta susunan redaksinya yang demikian mempesona menjadikan ia wajar ditunjuk oleh ayat ini dengan isyarat jauh yakni “itu”. Selengkapnya ayat ini menyatakan: itulah yang sungguh tinggi nilainya sebagian dari berita-berita penting negeri-negeri yang telah kami binasakan yang kami sedang ceritakan kepadamu, wahai Muhammad, agar engkau menyampaikannya kepada umatmu kiranya mereka mengambil pelajaran. Diantara negeri-negeri itu ada yang masih tertinggal peninggalan- peninggalannya, seperti tanaman yang berdiri tegak dan ada pula, yakni sebagiab lainnya, telah musnah, hilang.
7Ï9ºsŒ (yang demikian itu) hal yang telah disebutkan tadi: lafaz dzalika berkedudukan menjadi mubtada sedangkan kabarnya ialah  Ï 3tà)ø9$ä!$t6Rr&#ô`ÏB  šøn=tã¼çmÁà)tR  (adalah sebagian berita-berita negeri yang kami ceritakan kepadamu) hai Muhammad - $pk÷]ÏB (diantaranya) diantara negeri-negeri itu ( ÒOͬ!$s% ) qa’im(ada yang masih terdapat bekas-bekasnya) yang dimaksud disini adalah negeri-negeri yang memiliki peninggalan lama seperti cairo, mesir, dengan pyramid dan sphinx: sana’a di yaman dengan peninggalan kaum saba’ dan Tubba’, dan lain-lain yang tersebar, baik yang disebut dalam surah ini maupun selainnya bahkan diselurh persada dunia. ÅÁym- (yang telah musnah) telah binas berikut penduduknya, sehingga tidak ada bekasnya sama sekali. Perumpamaan mereka sama dengan tanaman yang dipanen dengan memakai sabit.
öNßg»oYôJn=sß$tBur- (Dan kami tidak menganiaya mereka) dengan membinasakan mereka tenpa dosa -   öNåk|¦àÿRr&  (#þqßJn=sß`Å3»s9ur (tetapi merekalah yang menganiaya dirinya sendiri) dengan melakukan perbuatan syirik MuZøîأr !$yJsù  (karena itu tiadalah bermanfaat) tidak ada gunanya -   ãNåkçJygÏ9#uäöNåk÷]tã  tbqããôtƒÓÉL©9$# (kepada diri mereka, sesembahan-sesembahan yang mereka seru) yang mereka sembah -  È «!$#brߊ`ÏB (selain Allah) Huruf Min disini Zaidah atau tidak mengandung makna - â y7ÎnuöDr& &uä!%y` $£J©9 äóÓx«`ÏB (sedikit pun, diwaktu perintah Rabbmu datang) yaitu azabnya. öNèdrߊ#y$tBur (Dan sesembahan-sesembahan itu tidaklah menambah kepada mereka ) penyembahan mereka terhadapnya itu tidak dapat memberikan kepada mereka - =ŠÎ7÷Gs?  uŽöxî (selain kerugian Belaka) yaitu kebinasaan.





D.    Pengaruh Pendidikan Lingkungan
1.      Pengaruh positif, yaitu lingkungan yang memberikan dorongan atau memberikan motivasi dan rangsangan kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini serta mengamalkan ajaran Islam.
2.      Pengaruh negatif, yaitu lingkungan yang menghalangi atau kurang menunjang kepada anak untuk menerima, memahami, meyakini, dan mengamalkan ajaran Islam.
3.      Pengaruh netral, yaitu lingkungan yang memberikan dorongan untuk meyakini atau mengamalkan agama, demikian pula tidak menghalangi anak-anak untuk meyakini dan mengamalkan ajaran Islam.

BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
Berdasarkan uraian sebagaimana tersebut di atas, dapat dikemukakan beberapa catatan penutup sebagai berikut:
1.      Lingkungan pendidikan adalah merupakan salah satu komponen pendidikan yang menarik perhatian para ahli untuk mengkajinya.
2.      lingkungan pendidikan Islam merupakan suatu lingkungan yang di dalamnya terdapat ciri-ciri keislaman yang memungkinkan terselenggaranya pendidikan Islam dengan baik. Ada 3 lingkungan pendidikan yaitu: Lingkungan keluarga, Lingkungan sekolah, Lingkungan masyarakat.
3.      Adapun pengaruh pendidikan itu ada yang positif, negatif dan netral.

DAFTAR PUSTAKA

Imam Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain jilid 2
Iman Jalaluddin Al-Mahali dan Imam Jalaluddin As-Suyuthi, Tafsir Jalalain jilid 1
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 2,
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 6
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah volume 7
Muhammad Nasib Ar-rifa`I, tafsir ibnu katsir jilid 1,
Muhammad Nasib Ar-rifa`I, tafsir ibnu katsir jilid 3